Budidaya semut rangrang penghasil
kroto sekarang ini sedang marak, karena menjanjikan penghasilan yang
luar biasa dan tidak terbatas, mengingat stok di alam kian hari kian
menipis, sedangkan permintaan pasar akan telur semut rangrang atau yang
lebih dikenal dengan kroto in sangat tinggi, sehingga harganyapun terus
meroket. Ini sesuai dengan prinsip ekonomi. Anggap saja kita sudah
memiliki atau memelihara semut rangrang penghasil kroto, yang kita
lakukan agar semut dapat tumbuh sehat dan berkembang yang pada akhirnya
menghasilkan telur/kroto yang banyak adalah sebagai berikut.
Seperti halnya ternak-ternak lainnya, semut rangrang juga membutuhkan
tempat tinggal yang bersih dan nyaman untuk dapat berkembang biak dan
dapat menghasilkan kroto emas yang melimpah. Ketersediaan pakan dan
minuman yang cukup, sehingga kroto menjadi betah di sarang toples.
Meskipun demikian tetap saja semut rangrang akan berusaha untuk keluar
dari sarang buatan ini karena memang tempat baru ini sangat berbeda jauh
dengan habitat aslinya, seperti manusia juga akan susah tidur jika
tinggal di rumah orang lain.
Setelah semut yang kita ambil dari alam kita tempatkan
kedalam toples dan kita biarkan selama 2-3 jam agar semut beradaptasi dengan
lingkungan yang baru. Lalu tutup kita buka,dan semut-semut akan keluar
berhamburan ke lingkungan sekitarnya.Tetapi adapula yang masih di dalam toples
menjaga telur dan anak-anak semut (larva
dan pupa). Semut yang keluar berhamburan
akan mengelilingi tempat toples
di mana diletakkan. Mereka, semut rangrang akan mencoba mencari tahu
jalan mana yang akan membawa dia kembali
kesarang yang lama. Hal-hal yang bisa dilakukan oleh semut yang tidak
kita ketahui dan ini dapat merugikan kita adalah semut dapat berpindah
melalui sesuatu yang menempel pada sarang, misalnya kayu, sapu, daun,
atau apapun itu yang dapat menghubungkan sarang dengan dunia luar, jika
itu terjadi akibatnya semut akan memindah seluruh anggota koloni
termasuk krotonya ke tempat yang mereka anggap aman, ini adalah suatu
kerugian bagi kita karena kita lalai.
Meskipun kita sudah memakai media air sebagai pagar pembatas agar semut
tidak bisa keluar, namun kita tetap harus waspada denga apa yang bisa
dilakukan oleh sicerdik ini. Semut yang tak berhasil menemukan
media untuk menyeberang keluar dari sarang baru akan mencoba dengan menyeberangi air sebagai pagar pembatas, walaupun dengan
resiko tercebur dan mati. Situasi
ini biasanya
karena saling dorong antar gerombolan semut. Jika jarak tepi air
dengan media sarang terlalu dekat, maka semut rangrang akan bisa
menyeberangi air pembatas. Maka idealnya jarak tepi tempat air dengan
sarang toples harus lebih dari 10 cm, sehingga semut rangrang tidak bisa
menyeberang.
Hal aneh lain yang tidak kita duga adalah bahwa semut berani
menjatuhkan diri untuk keluar dari sarang toples tersebut. Yang lebih
aneh lagi adalah bahwa semut rangrang dapat membuat jembatan
penyeberangan, seperti yang dilakukan oleh manusia. Semut
tidak sebodoh yang kita kira,
jika beberapa hal di atas yang telah mereka coba tidak berhasil, maka
mereka tidak kehabisan akal mencoba hal ekstrim yang lain, yaitu akan
mencoba untuk membuat jembatan semut rangrang. Ini kedengarannya aneh
bukan, tapi itulah kecerdikan semut emas ini.
Bagaimana caranya? Caranya, yaitu dengan saling bertumpuk sehingga bisa
lebih tinggi atau lebih jauh
jangkauannya, setelah dapat menjangkau seberang air, jembatan ini akan
digunakan untuk menyeberang/lewat oleh semut lain untuk menyeberangi
air. Sungguh usaha yang sangat luar biasa, pantang menyerah dan penuh
kecerdikan.
Hal-hal
di atas harus kita atasi dengan baik, dengan demikian semut rangrang
tidak akan kabur dan tetap tinggal di sarang toples dan menghasilkan
kroto untuk kita ambil manfaatnya. Selamat mencoba semoga sukses dan
mari kita saling sharing pengalaman untuk meningkatkan kompetensi kita
di bidang perkrotoan, sebagai tambang emas baru bagi mereka yang mau
melakukannya.